1. Mengapa manusia diciptakan ada di muka bumi?
Alasan mengapa manusia ada di bumi ditegaskan oleh Allah dalam Al Quran sebagai berikut:
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al Mulk, 67: 2). Lihat ayat QS. Al Insaan, 76:2, Anbiyaa’, 21: 16-17, QS. Al Kahfi, 18: 7 Allah mengharapkan manusia tetap menjadi hamba-Nya yang setia sepanjang hidupnya. Dengan kata lain, dunia adalah tempat di mana mereka yang takut kepada Allah dan mereka yang tidak berterima kasih kepada Allah dibedakan satu sama lain, kebaikan dan keburukan, kesempurnaan dan kekurangan bersisian dalam "kerangka" ini. Manusia diuji dalam banyak hal. Pada akhirnya, orang-orang yang beriman akan terpisahkan dari orang-orang yang tidak beriman dan mencapai surga. Dalam Al Quran hal tersebut digambarkan sebagai berikut: ”Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al Ankabuut, 29: 3).
2. Apa tujuan hidup manusia?
Menurut ajaran Islam, tujuan hidup manusia ialah untuk menggapai ridha Allah, ibtigha mardhatillah. Firman Allah QS. 2 Al Baqarah : 207. Artinya : “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya” (Ridha artinya senang. Jadi segala pertimbangan tentang tujuan hidup seorang Muslim, terpulang kepada apakah yang kita lakukan dan apa yang kita gapai itu sesuatu yang disukai atau diridhai Allah SWT atau tidak. Jika kita berusaha memperoleh ridha-Nya, maka apapun yang diberikan Allah kepada kita, kita akan menerimanya dengan ridha (senang) pula, ridha dan diridhai (radhiyatan mardhiyah).
3. Apa tugas dan peran manusia?
Tugas manusia
Menurut ajaran Islam, tugas hidup manusia, sepanjang hidupnya hanya satu tugas, yaitu menyembah Allah, Sang Pencipta, atau dalam bahasa harian disebut ibadah. ALLAH berfirman dalam QS. 51:56 : “ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku", bahwa tidaklah Tuhan menjadikan Jin dan Manusia kecuali untuk menyembah kepada-Nya. Menjalankan ibadah bukanlah tujuan hidup, tetapi tugas yang harus dikerjakan sepanjang hidupnya. Ibadah mengandung arti untuk menyadari dirinya kecil tak berarti, meyakini kekuasaan Allah Yang Maha Besar, Sang Pencipta, dan disiplin dalam kepatuhan kepada-Nya. Oleh karena itu orang yang menjalankan ibadah mestilah rendah hati, tidak sombong, dan disiplin. Itulah etos ibadah.
Peran manusia dalam pentas kehidupan
Dalam hal ini manusia memiliki dua peran utama; pertama sebagai hamba Allah, dan peran kedua sebagai khalifah Allah di muka bumi. Sebagai hamba Allah manusia adalah kecil dan tidak memiliki kekuasaan, oleh karena itu tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan berpasrah diri kepada-Nya. Namun, sebagai khalifah, manusia diberi fungsi, peran yang sangat besar, karena Allah Yang Maha Besar maka manusia sebagai wakil Allah di muka bumi memiliki tanggungjawab dan otoritas yang sangat besar. Sebagai khalifah manusia diberi tugas untuk mengelola alam semesta ini untuk kesejahteraan manusia, seperti dalam firman ALLAH: “Dialah yang telah menciptakan kamu dari bumi (tanah), dan menjadikan kamu pemakmurnya. (QS.11:61). Manusia berperan menjadi hamba Allah (abdullah) sekaligus menjadi khalifah (wakil/penguasa) yang bertugas beribadah dalam rangka memakmurkan bumi.
4. Bagaimana pandangan Islam terhadap dunia dan kiat praktis agar hidup bernilai?
Allah berfirman dalam surat Al Hadid ayat 20: Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah dan keridhoan Allah. Dan kehidupan itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Maksud dari ayat di atas bukanlah berarti kita disuruh membenci dunia atau meninggalkan menuntut penghidupan dunia, hal tersebut menjadi penekanan agar jangan sampai tertipu oleh kesenangan dunia sehingga lalai dengan kewajiban akhirat. Kehidupan dunia harus diusahakan dengan sungguh dan seimbang dengan tujuan akhir hidup akhirat.
Surat Al Jatsiyah: 23
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmuNya dan Allah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan Allah meletakkan tutup atas penglihatannya.
Rasulullah SAW bersabda
Siapapun yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka tidak lagi memiliki hubungan dengan Allah SWT, dan Allah menjadikan baginya 4 keadaan, kegelisahan yang tiada putus, kefakiran tanpa kecukupan, angan tanpa batas, kerja keras tanpa akhir.
Allah berfirman dalam surat Al Qashas ayat 77
“Tuntutlah negeri akhirat dengan harta yang dikaruniakan Allah kepadamu dan janganlah lupa bahagianmu di dunia. Berbuat baiklah sebagaimana allah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang berbuat kerusakan. “
Al Qur’an surat At Taubah ayat 105:
“Katakanlah: hendaklah kamu bekerja karena Allah, RasulNya serta orang-orang mukmin akan membuktikan pekerjaanmu. Dan kamu akan dikembalikan kepada Tuhan yang tahu hal yang ghaib dan yang tampak, lalu diterangkannya kepadamu apa-apa yang sudah kamu kerjakan.”
Islam menghendaki pemeluknya meraih keduniaan dengan sungguh-sungguh dan berlomba-lomba mendapat kemajuan di segala bidang kehidupan. Islam menghendaki pula pemeluknya mempersiapkan akhirat dengan sepenuhnya. Dunia dijadikan sarana beramal sholeh menuju akhirat. Sejarah pendahulu Islam telah mencontohkan bagaimana mereka berjuang mencari dunia dan berjihad mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru dunia dengan menjauhi cara-cara batil dan tidak melampaui batas. Islam sebagai dienul ilmu dan sekaligus dienul amal yang memberi ketentuan yang sempurna telah memberi pedoman baku bagaimana supaya amal perbuatan kita memiliki nilai, amal tersebut tidak sia-sia, bernilai ihsan dan pada akhirnya mengantarkan keselamatan kita di dunia terlebih-lebih di akhirat. Ada 3 hal yang akan menjadikan amal kita bernilai dan diterima Allah SWT :
1. Iman
2. Ikhlas
3. I’tiba
Yang pertama mengenai dasar iman
Iman menjadi landasan amal yang utama diterimanya amal, sebagaimana firman Allah dalam surat Ibrahim ayat 18: “Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat meskipun sedikit dari apa yang mereka usahakan di dunia. Yamg demikian itu adalah kesesatan yang jauh”. Surat Ar ra’du ayat 14: Dan ibadah orang-orang kafir hanyalah sia-sia belaka.
Yang kedua mengenai dasar ikhlas
Allah berfirman dalam surat Al A’raf ayat 29 : Luruskanlah mukamu di setiap sholat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepadaNya. Surat Al Bayyinah ayat 4: Padahal mereka tidaklah disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepadaNya dalam agama yang lurus. Ikhlas memiliki arti ibadah dilakukan dengan mengharap ridho Allah, Allah lah yang menjadi sumber dorongan dan tujuan amal ibadah. Lawan dari ikhlas adalah ria dan syirik. Ria berarti beribadah mengharap pujian orang lain dan syirik adalah ibadah yang ditujukan pada selain Allah.
Yang ketiga mengenai dasar i’tiba
Allah berfirman dalam surat Al Jatsiyah ayat 18: Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat dari urusan agama maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.
Rasulullah bersabda: Aku tinggalkan kepadamu dua perkara, jika kamu berpegang teguh pada keduanya, maka kamu tidak akan sesat. Dua perkara itu adalah Kitabullah dan assunah. I’tiba atau mutaba’ah berarti amal ibadah haruslah berdasar tuntunan. Yaitu tuntunan yang dibawa rasulullah SAW. Amal ibadah tidak boleh semau gue atau didasari keinginan pribadi maupun hawa nafsu. Dalam kaidah fikih ada pembagian kategori amal yang pertama adalah amalan mahdoh dan yang lainnya adalah ghoiru mahdoh,. Amal mahdoh adalah amalan berupa ritual seperti sholat, zakat, haji, puasa dan amalan ritual sunnah lainnya. Amalan ghoiru maghdoh adalah amalan yang bersifat muamalah.
5. Bagaimana kiat mengoptimalisasikan kehidupan?
Optimalisasi kehidupan dunia dengan menjaga 5 perkara sebelum datangnya 5 perkara (hadits)
· SEHAT →SAKIT
· MUDA → TUA
· KAYA → MISKIN
· LAPANG → SEMPIT
· HIDUP → MATI
Manusia yang mampu mengoptimalkan kehidupan tidak akan berbuat hal-hal berikut: apatis thd lingkungan, hidup santai, kebiasaan menunda, hura-hura, foya-foya, berfikir dan bergaya instan, tidak punya prioritas, tidak fokus pada tujuan utama dan mudah putus asa. Hidup sehat, usia muda, kekayaan, waktu luang menjadi kesempatan yang digunakan sebaik-baiknya.
6. Bagaimana optimalisasi pemanfaatan fungsi tubuh manusia berkaitan dengan proses
penuaan?
Tubuh manusia tersusun atas sel yang beregenerasi dan selanjutnya mengalami degenerasi. Berdasar karakteristik regenerasinya dibagi menjadi:
· Sel diperbarui : Epitel, spermatozoa, sel darah
· Potensi proliferasi : sel ginjal, hepar, jaringan ikat, tulang,
· Minimal tergantikan : Saraf, otot jantung
Dari sifat regenerasi tersebut (dalam rangka optimalisasinya) perlu ditelaah mengenai latihan dan stimulasi sesuai dgn masa pertumbuhan. Diupayakan pula menjaga: suplai nutrisi, integritas organ, potensi adanya perubahan anatomi dan fungsi sehingga secara fisik dan biologis akan optimal pemanfaatannya. Semakin bertambah umur kemampuan pembelahan sel akan menurun ( merupakan bagian dari program genetik). Sel yang tersusun akan membentuk jaringan, selanjutnya barbagai jaringan akan membentuk organ. Perubahan sel pada akhirnya akan mengubah anatomis organ seperti: hipertropi , hiperplasi, atropi, anaplasia, dysplasia dan malignansi. Optimalisasi fungsi organ adalah pemanfaatan semaksimal mungkin saat organ mampu bekerja penuh. Namun saat mengalami penurunan seiring dengan perjalanan usia perlu usaha pemeliharaan agar tidak cepat mengalami degenerasi. Dan kewaspadaan akan kemungkinan perubahan patologis.
Proses penuaan merupakan proses sunatullah yang ditandai peningkatan degenerasi dan penurunan regenerasi. Proses penuaan berlangsung perlahan. Kecepatan penuaan bervariasi bergantung pada kondisi primer maupun skunder (adanya penyakit, kebiasaan buruk: merokok, minum alkohol dan paparan toksik lain). Proses penuaan dimulai dari sel. Sel normal akan menua dan selanjutnya mengalami kematian dan diganti sel lain yang regenerasi. Semakin bertambah usia seseorang akan terjadi penurunan fungsi seluler yang dikarenakan proses: fosforilasi oksidatif, penurunan sintesis DNA/RNA dan sintesis protein serta penurunan reseptor sel. Oleh karena prosesnya berawal dari sel sehingga sel menjadi target ikhtiar untuk memperlambat proses penuaan. Kualitas hidup akan menurun seiring dengan proses penuaan. Sehingga diperlukan upaya penyaring/ diagnosis dini maupun deteksi faktor risiko untuk pencegahan penyakit sehingga dapat dilakukan pengendalian faktor risiko yang akan berdampak positip terhadap kualitas hidup. Anggapan yang salah bila penyakit di masa tua merupakan hal normal dan tidak perlu diobati. Kualitas hidup dapat ditingkatkan dan dipertahankan dengan aktifitas fisik/olahraga. Dari studi epidemiologis terbukti bahwa olahraga menurunkan morbiditas, melindungi terhadap neoplasia, menghambat penuaan dan pada akhirnya meningkatkan umur harapan hidup.
7. Bagaimana perspektif Islam berkaitan dengan riset dan penggunaan obat-obat “anti-aging”?
Riset proses penuaan seharusnya memperhatikan kaidah sebagai berikut:
· Tidak etis bila tujuannya menunda/menghambat kematian
· Memahami variabel pencegahan ( faktor risiko)
· Meningkatkan kualitas hidup dalam kerangka taqarub ilallah
Penggunaan anti-aging seharusnya memperhatikan:
· niat dan tujuan penggunaannya.
· bahan yang digunakan halal/haram?
8. Bagaimana Islam memandang usia harapan hidup yang sekarang ini makin meningkat?
QS. Faathir, 35: 11 “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuan pun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.”
Ayat tersebut menegaskan bahwa umur manusia sudah ada ketetapan (rahasia Allah/bersifat ghoib) Al-Qur’an surat Al-Mukmin ayat 67 : “Dia yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani kemudian dari segumpal darah kemudian dikeluarkan kamu dari anak-anak kemudian dewasa kemudian kamu menjadi tua. Dan di antara kamu ada orang yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuatkan demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahaminya.
Manusia terlahir mulai dari bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa sampai menjadi tua, sebagian diantaranya diwafatkan dan sebagian lagi dipanjangkan umurnya sampai pikun. Riwayat dari Usamah ibn Syuraik R.a, berkata, “Ada beberapa orang Arab bertanya kepada Rasulullah Saw.:”Wahai Rasulullah, apakah kami harus mengobati (penyakit kami), Rasulullah menjawab, “Obatilah. Wahai hamba-hamba Allah lekaslah kalian berobat, karena sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit, kecuali diturunkan pula obat penawarnya, kecuali satu yang tidak bisa diobati lagi”, mereka pun bertanya,”Apakah itu wahai Rasul?”, Rasulullah pun menjawab, “Penyakit Tua”(H.R At-Turmudzi). Islam memandang proses penuaan itu adalah suatu kodrat manusia yang tidak bias Berubah.
Seiring dengan berkembangnya temuan-temuan iptek yang berhubungan dengan kesehatan maupun proses penuaan, angka morbiditas dan mortalitas menurun. Hal ini secara langsung berakibat pada peningkatan usia harapan hidup dan kualitas hidup. Pada tahun 1966 usia rata- rata di Indonesia (pria/wanita) adalah sekitar 59 tahun. Pada tahun 1986, pria 58 th, wanita 61 th. Pada tahun 1996, pria sekitar 61 th dan wanita sekitar 63 th ( Biro Pusat Statistik). Jumlah warga usia lanjut Indonesia menjadi meningkat (terjadi pula di seluruh dunia) dunia) seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup. Diproyeksikan jumlah usila tahun 1990 – 2025 akan naik 414%, (tertinggi dunia). Berbagai masalah fisik biologik, psikologik dan sosial akan muncul pada usia lanjut sebagai akibat dari proses menua atau penyakit degeneratif yang muncul bersamaan dengan menuanya seseorang. Peningkatan usia harapan hidup harus disikapi sebagai berikut:
· Hidup, kehidupan maupun bertambahnya usia harapan hidup merupakan anugerah nikmat Allah yang harus disyukuri. Mensyukuri nikmat berarti menempatkan nikmat sesuai kehendak yang memberi nikmat.
· Kualitas kesehatan dipandang sebagai sehat dan afiyat yaitu terjaga dari tipu daya dunia
· Berimplikasi pada kesempatan untuk beramal sholeh dan taubat lebih luas
· Tidak menjadikan lebih cinta dunia, karena akan berakibat lupa akhirat
· Menjaga keseimbangan urusan dunia-akhirat sehingga ridho Allah tetap menjadi tujuan
· Jaga jarak dengan:
Apa yang kita”miliki” (tubuh, harta, jabatan, kekuasaan, anak,istri dll)
Apa yang kita ”pikirkan” (opini, ide, cara pandang, harapan, angan)
Thd hawa nafsu (berlebihan atau meremehkan)
Jarak yang dibuat dikendalikan/diisi dengan aqidah,syariat dan akhlak Islam.
· Sebagai hamba Allah prinsip dan fokus Interaksi yang utama adalah terhadap Allah SWT sedangkan Interaksi terhadap makhluk Allah yang lain merupakan wujud muamalah dalam mewujudkan ketaatan kepada Allah
9. Bagaimana perspektif Islam berkaitan dengan kualitas lansia multi-dimensi
Kualitas Lansia dalam perspektif Islam sebaiknya ditinjau secara multidimensi: Terwujudnya keseimbangan: fisik, mental, sosial dan spiritual
· Fisik: bebas penyakit/cacat (terkendali), lingkungan nyaman, terpenuhi kebutuhan dasar
· Mental : ketenangan, bebas kecemasan, terjaga dari distress,
· Sosial: mampu berinteraksi dengan sesama manusia dan bermanfaat seluasluasnya
· Spiritual: hubungan yang benar dengan sang khaliq (tauhid) dan optimalisasi peran abdullah dan khalifatullah
QS Al Infithaar (82) 6-8
“Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang telah men-ciptakan kamu, lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)-mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.”
Proses penuaan secara fisik/biologis akan berjalan, yang lebih utama adalah pencapaian kematangan ruhani (psiko-sosio-spiritual), Fisik/tubuh bersifat tunduk patuh yang berpotensi durhaka adalah ruhani.
10. Bagaimana akhlak terhadap orang tua (khususnya geriatri)
Q.S. Al-Ankabut (29):8 “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” .
Q.S. Al-Baqarah (2): 83 : “……..Janganlah kamu menyembah selain Allah dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian dari kamu, dan kamu selalu berpaling.”
(QS Al-Isra : 24) “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah; “Wahai tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagai mana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”
Q.S Luqman (31) : 14 “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu dan hanya kepada-Kulah kembalimu”
· Memandang dengan kasih sayang dan ramah tamah kepada ibu dan ayah, adalah ibadah. (Hadits Nabi SAW)
· Keridhaan Allah terletak pada keridhaan kedua orang tua. Kemurkaan-Nya juga terletak pada kemurkaan mereka. (Hadits Nabi SAW)
Berbuat baik kepada orang tua hukumnya wajib. Merawat orang tua yang telah memasuki usia lansia (memiliki banyak keterbatasan) menjadi kewajiban yang mulia. Amalan yang menjadi salah satu sebab-sebab diampuninya dosa, sebab masuknya seseorang ke surga, sebab datangnya keridhoan Allah dan sebab barokahnya rizki Kebutuhan yang perlu diperhatikan menyeluruh meliputi: nutrisi, tempat tinggal (perlindungan), perawatan, kesehatan, finansial, sosial dan spiritual
Referensi
1. Omar Hassan Kasule. 2008. Kuliah Kedokteran Islam. Organisme manusia. Forum Kedokteran Islam Indonesia
2. Harun Yahya. 2004. Menyingkap Rahasia Alam Semesta.http//www.harunyahya.com
3. Azhari. 2003. Memahami arti hidup. Hayatulislam.net
4. Kurnia. 2006. Menjadikan Hidup Punya makna. Hayatulislam.net
Editor : Anna dari kuliah Dr. Adang M. Gugun, Sp.PK, M.Kes