Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “Skizo” yang artinya retak atau pecah (split), dan “frenia” yang arinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (Hawari,2003). Dewasa ini ilmu kedokteran mengalami kemajuan yang pesat dengan ditemukannya mekanisme terjadinya skizofrenia dan obat-obatan anti-skizofrenia, sehingga penderita skizofrenia dapat pulih kembali dan dapat kembali menjalani kehidupan yang normal.
Gejala Skizofrenia
Skizofrenia memiliki berbagai tanda dan gejala. Kombinasi kejadian dan tingkat keparahan pun berbeda berdasarkan individu masing-masing. Gejala-gejalanya
dapat terjadi kapan saja. Pada pria biasanya timbul pada akhir masa kanak-kanak atau awal usia 20-an, sedangkan pada wanita, usia 20-an atau awal 30-an.
Skizofrenia dapat mempengaruhi cara berpikir, perasaan dan tingkah laku. Dokter membedakan gejala skizofrenia dalam tiga kategori sebagai berikut :
Gejala positif, terdiri dari :
- Delusi/waham, yaitu keyakinan yang tidak masuk akal. Contohnya berpikir bahwa dia selalu diawasi lewat televisi, berkeyakinan bahwa dia orang terkenal,
berkeyakinan bahwa radio atau televisi memberi pesan-pesan tertentu, memiliki keyakinan agama yang berlebihan.
- Halusinasi, yaitu mendengar, melihat, merasakan, mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Sebagian penderita, mendengar suara/ bisikan bersifat menghibur
atau tidak menakutkan. Sedangkan yanng lainnya mungkin menganggap suara/bisikan tersebut bersifat negatif/ buruk atau memberikan perintah tertentu.
- Pikiran paranoid, yaitu kecurigaan yang berlebihan. Contohnya merasa ada seseorang yang berkomplot melawan, mencoba mencelakai atau mengikuti, percaya
ada makhluk asing yang mengikuti dan yakin dirinya diculik/ dibawa ke planet lain.
Gejala negatif
- Motivasi rendah (low motivation). Penderita akan kehilangan ketertarikan pada semua aspek kehidupan. Energinya terkuras sehingga mengalami kesulitan
melakukan hal-hal biasa dilakukan, misalnya bangun tidur dan membersihkan rumah.
- Menarik diri dari masyarakat (social withdrawal). Penderita akan kehilangan ketertarikan untuk berteman, lebih suka menghabiskan waktu sendirian dan merasa
terisolasi.
Gejala kognitif
- Mengalami problema dengan perhatian dan ingatan. Pikiran mudah kacau sehingga tidak bisa mendengarka n musik/ menonton televisi lebih dari beberapa menit.
sulit mengingat sesuatu, seperti daftar belanjaan.
- Tidak dapat berkosentrasi, sehingga sulit membaca, menonton televisi dari awal hingga selesai, sulit mengingat/ mempelajari sesuatu yang baru.
- Miskin perbendaharaan kata dan proses berpikir yang lambat. Misalnya saat mengatakan sesuatu dan lupa apa yang telah diucapkan, perlu usaha keras untuk
melakukannya.
Bagaimana gejala- gejala skizofrenia terjadi ?
Skizofrenia merupakan penyakit yang mempengaruhi otak. Pada otak terjadi proses penyampaian pesan secara kimiawi (neurotransmitter) yang akan meneruskan
pesan sekitar otak. Pada penderita skizofrenia, produksi neurotransmitter-dopamin- berlebihan, sedangkan kadar dopamin tersebut berperan penting pada perasaan
senang dan pengalaman mood yang berbeda. Bila kadar dopamin tidak seimbang–berlebihan atau kurang– penderita dapat mengalami gejala positif
dan negatif seperti yang disebutkan di atas.
Penyebab ketidakseimbangan dopamin ini masih belum diketahui atau dimengerti sepenuhnya. Pada kenyataannya, awal terjadinya skizofrenia kemungkinan
disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor tersebut.
Faktor-faktor yang mungkin dapat mempengaruhi terjadinya skizofrenia, antara lain: sejarah keluarga, tumbuh kembang ditengah-tengah kota, penyalahgunaan
obat seperti amphetamine, stres yang berlebihan, dan komplikasi kehamilan.
Bagaimana Mengatasi Gejala skizofrenia?
Ada beberapa langkah yang dapat membantu mengatasi gejala skizofrenia, antara lain belajar mananggulangi stres, depresi, pikiran negatif, belajar rileks, dan tidak
menggunakan alkohol ataupun obat-obatan tanpa sepengetahuan dokter serta segera berkonsultasi ke dokter/ psikiater bila timbul gejala-gejala seperti yang
disebutkan di atas.
Bantuan dari orang-orang terdekat
- Pada skizofrenia fase aktif, penderita mudah terpukul oleh problema yang sederhana sekalipun. Kurangi pemberian tanggung jawab agar tidak membebani
penderita dan mengurangi stres jangka pendek. Tetapi dengan mengambil semua tanggungjawabnya, akan menimbulkan ketergantungan dan problema lain
dikemudian hari.
- Penderita skizofrenia mungkin menggunakan kata-kata yang tidak masuk akal. Agar lebih memahami, cobalah berkomunikasi dengan cara lain dan mengajak
melakukan aktivitas bersama-sama seperti mendengarkan musik, melukis, menonton televisi, atau menunjukkan perhatian tanpa harus bercakap-cakap.
- Jangan membicarakan penderita jika penderita skizofrenia tidak ada. Penderita skizofrenia biasanya perhatian (sensitif) dengan apa yang terjadi di sekitarnya.
Apakah Skizofrenia Dapat Disembuhkan?
Sesungguhnya tiga dari empat penderita skizofrenia dapat mengalami perbaikan yang bermakna atau pulih dengan baik dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari
secara normal, tetapi sembuh atau tidaknya belum dapat diketahui. Satu-satunya jalan untuk mengendalikan gejala adalah dengan pemberian antipsikotik yang
dikombinasikan dengan terapi pendukung (tanpa obat-obatan).
Pengobatan dengan Antipsikotik
Obat antipsikotik banyak beredar di pasaran yang diresepkan dokter. Meskipun efektif mengatasi gejala-gejala skizofrenia, obat ini menimbulkan berbagai efek
samping seperti : kekakuan otot, gerakan kaku seperti robot, mengantuk, sindroma metabolik seperti peningkatan berat badan (kegemukan), diabetes melitus,
meningkatnya hormon prolaktin dalam darah sehingga dapat menyebabkan gangguan seksual, amenorea (tidak menstruasi), galaktorea (keluarnya air susu),
ginekomastia (membesarnya payudara pada pria), yang sudah tentu akan sangat mengganggu pada wanita lajang dan pria.
Sindroma metabolik juga dapat mengakibatkan gangguan pembuluh darah dan jantung. Sebaiknya sebelum memberikan antipsikotik perlu dilakukan pemeriksaan
darah secara teratur untuk menghindari kejadian tersebut.
Antipsikotik generasi terbaru bekerja dengan menstabilkan penyampaian pesan melalui dopamin, tidak bekerja memblokir total dopamin seperti halnya antipsikotik
yang lain. Obat ini dapat dipercaya akan mengurangi/ mengatasi gejala-gejala skizofrenia – positif, negatif, dan memperbaiki kognitif – dengan efek
samping yang dapat ditoleransi lebih baik dibanding antipsikotik sebelumnya. Jadi dengan pemberian generasi terbaru ini, efek samping obat antipsikotik
sebelumnya dapat dihindari dan kualitas hidup pasien akan membaik serta dapat kembali ke kehidupan yang normal.
Terapi Pendukung dan Psikoterapi
Terapi pendukung biasanya dikombinasi dengan obat antipsikotik guna membantu menurunkan/mengatasi gejala skizofrenia, mencegah kekambuhan, membantu
pasien tetap berobat dan membantu pasien kembali ke kehidupan yang normal.
Walau tidak menyambuhkan, psikoterapi dapat membantu pasien mengatasi gejala-gejala spesifik, seperti: anxiety (kecemasan), panik, fobia, gangguan emosi,
stres, insomnia, (susah tidur), depresi, gangguan hubungan antar manusia dan gangguan psikologi seksual.
Pengobatan berkemungkinan juga dapat membantu pasien melihat kenyataan bahwa dia menderita skizofrenia dan perlu mematuhi pengobatan yang dilakukan atau
yang dianjurkan oleh dokter. Psikoterapi ini dapat dilakukan baik pada individu atau anak-anak, maupun dengan pasangan, keluarga atau kelompok.
DIAGNOSA
Dikenal sebagai gangguan psikologis sejak awal 1800-an
Gangguan sebagai akibat kemunduran fungsi otak lebih awal. Kraepelin menyebut dementia praecox (precocious dementia).
Sekarang diagnosa berdasar criteria dari DSM-IV, yaitu: adanya gejalav yang parah paling tidak selama 1 bulan dan munculnya beberapa gejala paling tidak
selama 6 bulan terakhir.
A. Gejala dasar: 2 atau lebih gejala berikut paling tidak selama 1 bulan.
a. Delusi
b. Halusinasi
c. Bicara kacau
d. Motorik kasar terganggu atau perilaku katatonik
e. Gejala negatif
B. Fungsi sosial/pekerjaan: gangguan nyata dalam pekerjaan, prestasi belajar, hubungan interpersonal, dan atau perawatan diri sendiri.
C. Durasi: gangguan berlanjut paling tidak selama 6 bulan, minimal 1 bulan dalam periode ini menunjukkan gejala yang masuk criteria A.
BEBERAPA TIPE SKIZOFRENIA
TIPE CIRI UTAMA
SKI. PARANOID Deluasi (waham) dan halusinasi dengan tema curiga, diancam, atau waham kebesaran
DISORGANIZED SCHI. Pikiran, bicara, dan perilaku ‘tidak nyambung’, emosi datar atau tidak tepat
SKI. KATATONIK Hampir tidak ada respon thd lingkungan, aspek motorik dan verbal sangat terganggu
UNDIFFERENTIATED SCHI. Klien masuk criteria skizofren tapi tidak dapat masuk kelompok paranoid, disorganized, ataupun katatonik
SKI. RESIDUAL Ada riwayat minimal 1 episode gejala positif yang akut tetapi saat ini tidak menampakkan gejala positif
PROGNOSIS
Skizofrenia sifatnya adalah gangguan yang lebih kronis dan melemahkan dibandingkan gangguan mental yang lain.
Ø 50-80% pasien skizofrenia yang pernah dirawat di RS akan kambuh
Ø harapan hidup pasien skizofrenia 10 tahun lebih pendek daripada non pasien skizofrenia
Ø pasien skizofrenia resiko tinggi terhadap gangguan infeksi dan penyakit2 sistem peredaran darah
Ø 10% pasien skizofrenia resiko bunuh diri
Ø Beberapa factor yang turut berperan dalam prognosis skizofrenia: usia, jenis kelamin, dan sosial budaya
PENDEKATAN TEORITIS TERHADAP SKIZOFRENIA
Beberapa pendekatan teori dalam memandang penyebab skizofrenia dapat dilihat secara jelas dalam tabel-tabel berikut:
TEORI-TEORI BIOLOGI
TEORI DESKRIPSI
Teori genetik Gangguan gen menyebabkan skizofrenia atau minimal rentan thd skizofrenia Abnormalitas struktur otak Pembesaran jantung mungkin
mengindikasikan melemahnya fungsi beberapa area otak, memunculkan berkurangnya fungsi kognitif dan emosi. Penurunan volume dan kepadatan neuron di
frontal & temporal cortex dan area limbic menyebabkan berkurangnya fungsi emosi dan kognitif.
Komplikasi saat kelahiran Komplikasi saat lahir, terutama kurangnya oksigen saat lahir menyebabkan kerusakan otak
Terpapar virus saat di kandungan Infeksi virus saat di kandungan merusak otak (mis. Virus TORCH) Teori neurotransmiter Ketidakseimbangan tingkat atau
reseptor dopamine memunculkan gejala, serotonin, GABA, dan glutamat juga turut berperan
SUDUT PANDANG PSIKO-SOSIAL
Meskipun skizofrenia sangat terkait dengan factor biologis, namun banyak riset menunjukkan bahwa factor sosial juga berperan dalam munculnya skizofrenia.
Faktor sosial ini meningkatkan resiko kambuhnya skizofrenia tetapi tidak secara langsung menentukan kapan munculnya skizofrenia pertama kali.
SUDUT PANDANG DESKRIPSI
Teori psikodinamik Penolakan ibu saat bayi menyebabkan anak kehilangan kemampuan membedakan antara kenyataan dan non-realita
Pola komunikasi Komunikasi yang tidak lazim antara bayi dan pengasuh di awal kehidupannya (pada bayi dg resiko skizofrenia) mengganggu perkembangan
kemampuan bayi untuk berkomunikasi dg orang lain dan meningkatkan stress
Ekspresi emosi Keluarga yang terlalu mengatur dan memusuhi anggotanya yang skizofrenia meningkatkan stress, yang membuatnya kambuh
Penyimpangan sosial dan lingkungan urban Skizofrenia mengganggu fungsi individu dan membuat dia kehilangan status sosial; orang2 di lingkungan urban yang
miskin meningkatkan resiko terkea penyakit2 prenatal dan kemungkinan terluka yang menyebabkan skizofrenia Stress & kambuh Bermacam kejadian yang penuh
tekanan meningkatkan kemungkinan kambuh
Teori perilakuan Orang skizofrenia mendapatkan stimulus yang tidak tepat dari lingkungan dan tidak tahu respon yang dapat diterima secara sosial oleh orang lain
di lingkungannya Teori kognitif Gejala skizofrenia muncul dari respon individu terhadap pengalaman indrawi yang aneh.
TRITMEN UNTUK SKIZOFRENIA
Pasien skizofrenia memerlukan tritmen yang komprehensif, artinya memberikan tritmen medis untuk menghilangkan gejala, terapi (psikologis) untuk membantu
mereka beradaptasi dengan konsekuensi/akibat dari gangguan tsb, dan layanan sosial untuk membantu mereka dapat kembali hidup di masyarakat dan menjamin
mereka dapat memperoleh akses untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Berikut beberapa tritmen yang biasanya diberikan kepada pasien skizofrenia.
TRITMEN UNTUK SKIZOFRENIA
TRITMEN KETERANGAN
Tritmen biologis: terapi obat Pemberian obat2an anti psikotik, minyak ikan Tritmen sosial dan psikologis - intervensi perilaku, kognitif, dan sosial (melatih
ketrampilan berbicara, ketrampilan mengelola diri sendiri, ketrampilan mengelola gejala, terapi kelompok, melatih ketrampilan kerja, dll)
- terapi keluarga (melatih keluarga bagaimana menghadapi perilaku anggotanya yang menderita skizofrenia agar tidak kambuh)
- program tritmen komunitas asertif (menyediakan layanan komprehensif bagi pasien skizofrenia dg dokter ahli, pekerja sosial, & psikolog yang dapat mereka
akses setiap saat-terutama bagi yang tidak memiliki tapi di Indonesia masih terlalu mewah ya?èkeluarga) Tritmen lintas budaya Penyembuhan tradisional (dengan
doa-doa, upacara adat, jamu, dll) sesuai budaya setempat.
0 komentar:
Posting Komentar