Translate

Sabtu, 11 Agustus 2012

Problema seksualitas & disfungsi seksual

Seksualitas : 
  • Proses kompleks, mencakup sistem neurologi, vaskuler dan endokrin
  • Berhubungan dengan keluarga, budaya, kepercayaan
  • Dipengaruhi : umur, status kesehatan, pengalaman pribadi
  • Umur : 16 tahun (rerata mulai aktif sex), 19 tahun (66-75% wanita, 79-86% pria)
  • Homoseksual : angka kejadiannya 2,7% pada pria dan 1,3% lesbian pada wanita
  • Frekuensi hub sex seminggu : 2-3x (32%), >4x (7%), tak pernah (3%)
Fisiologi orgasme :
1.    Fase Perangsangan (Excitement)
  • Perlu tahu erogenous zone
  • Stimulasi klitoris : kongesti (m.levator ani, perinei transversus)  ereksi
  • Lubrikasi dinding vagina
  • Takikardia, takipneu, tonus otot secara menyeluruh menegang
  • Wanita : dianjurkan manipulasi alat genital
Pada fase ini, biasanya diawali fantasi, niat dan keinginan, yang selanjutnya akan menimbulkan reaksi seksual yang bervariasi tiap individu. Daerah erogen tiap individu bervariasi, tapi pada umumnya pada wanita terdapat di kuping bagian bawah, tengkuk leher, mulut, bibir, lidah, payudara, puting susu, bahu, tulang punggung, bokong, daerah sekitar pusat, bagian dalam paha, mons pubis dan perineum. Pada pria, daerah erogen terletak di mulut, payudara, bagian dalam paha dan skrotum. Wanita dianjurkan memanipulasi alat genital dengan cara rangsangan sentuhan-sentuhan lembut dibandingkan manipulasi yang kasar dan tekanan yang keras.

2.Fase Peningkatan Rangsangan (Plateau)
  • Fungsi organ tubuh semua meningkat
  • 2/3 vagina atas memanjang
  • 1/3 vagina bawah menegang
Pada 2/3 proksimal (atas) menggembung lebih panjang dan lebih lebar yang disertai regangan dari selaput lendir vagina. Penggembungan bagian proksimal vagina ini menyebabkan perpindahan serviks dan korpus uteri ke belakang dan atas. Pada 1/3 distal (bawah) hanya sedikit melebar. Menjelang masa plateau, di bagian ini dan juga di bulbus vestibuli terjadi vasokongesti sehingga dinding vagina membengkak dan terjadi edema, sehingga terbentuk suatu manset orgastik atau orgamic platform.

3.Fase Puncak (Orgasme)
  • Puncak reaksi akibat rangsangan seksual
  • Respon yang menyenangkan dengan berkurangnya ketegangan
  • Kontraksi otot vagina kuat seakan teremas pada 1/3 vagina bawah (15-18x)
  • Kontraksi uterus, m. spinter ani eks, m. spingter uretra eks
  • Mammae membesar, dinding perut, bokong, paha mengejang
  • Sex flush
Orgasme terdiri dari kontraksi ritmik otot pelvis, uterus dan kontraksi vagina dan peningkatan lubrikasi vagina. Terjadi perubahan nadi, tekanan darah dan frekuensi napas, puncak orgasme pada wanita dan pria ditandai pengencangan otot seluruh tubuh. Sex flush adalah eritema yang mulai timbul di daerah epigastrium kemudian menjalar ke payudara dan seluruh dada dan dapat juga menjalar ke perut bawah dan bahu, bahkan dapat sampai ke fossa antekubiti, paha dan punggung. Hal ini merupakan akibat pelebaran pembuluh darah kapiler dalam masa plateau (75%).

4.Fase Pemulihan (Resolution)
  • Perasaan terlepas dari ketegangan, puas tak terhingga
  • Perubahan fisiologis dan emosi kembali seperti semula
  • Uterus kembali normal, klitoris mengecil, dekongesti vagina dan labia (5-10 menit)
Pria umumnya hanya dapat mencapai 1x orgasme dalam setiap berhubungan seksual, sedangkan wanita dapat mencapai orgasme lebih dari 1x atau multiple orgasm.

>> Faktor yang mempengaruhi respon seksual
•Umur
•Perubahan anatomi
  • ◦Ukuran vagina mengecil
  • ◦Dinding vagina tipis, kurang elastis
  • ◦Klitoris mengecil, kurang sensitive, dll
•Perubahan seksualitas
  • ◦Hasrat seks menurun
  • ◦Waktu lubrikasi lama
  • ◦Intensitas orgasme menurun, dll
•Obat
  • ◦Antihistamin
  • ◦Amphetamin
  • ◦Danazol
  • ◦Digoksin, dll
•Penyakit
  • ◦Depresi karena penyakit kronis
  • ◦Gangguan hormon
  • ◦Gangguan vaskuler
  • ◦Gangguan neurologis
  • ◦Keganasan/Ca, dll
Disfungsi seksual
  • Etiologi : biologi, psikososial, multifaktorial, usia
  • Insidensi: 4 dari 10 wanita USA (data ACOG)
  • Klasifikasi
  1. Tipe 1: sexual desire disorders
  2. Tipe 2: sexual arousal disorders
  3. Tipe 3: orgasmic disorders
  4. Tipe 4: sexual pain disorders
  5. Tipe 5: sexual disorder from general medical condition and substance abuse
Tiap tipe dapat diklasifikasikan menjadi :
  • Life long or aquired
  • Generalized or situasional
  • Cause by psychological or medical factors
Hipoactive Sexual Desire Disorder
  • Defisiensi berulang atau hilangnya fantasi seksual dan keinginan beraktivitas seksual yang ditandai adanya distres dan hubungan antar personal.
  • Jarang mencari rangsangan seksual
  • Sering gagal mencapai orgasme
  • Paling sering dijumpai pada wanita daripada pria
  • Paling susah diobati
Hipoactive sexual desire disorder ini adalah penyakit dimana tidak ada keinginan atau keinginan untuk berhubungan seksual rendah. Penyebabnya bisa karena psikis dan trauma di masa lalu. Hipoactive sexual desire disorder bisa primer dan sekunder. Primer biasanya terjadi seumur hidup dan sebagian besar memiliki riwayat trauma seksual pada masa kecil atau remaja sehingga menghindari lawan jenis untuk menghindari hubungan seksual. Sedangkan, sekunder terjadi setelah suatu periode normal dalam kehidupan. Kelainan sekunder ini sering timbul setelah ada konfli dengan pasangan, trauma fisik dan emosional, sakit kronis, penyalahgunaan obat dan alkohol, pembedahan dan depresi psikologis. Pada gangguan seksual tipe ini, pasien sulit menemukan daerah sensitif untuk dirangsang.

Orgasmic Dysfunction
  •  Gangguan pencapaian orgasme yang menetap atau berulang, atau tidak mencapai orgasme pada rangsangan seksual normal akibat distres atau gangguan hubungan interpersonal.
  •  Lebih sering pada usia muda.
  •  Anorgasme primer 5-10% pada wanita.
  •  Penyebab psikologis tersering: gangguan konsentrasi saat fase eksitasi.
  •  Terapi: masturbasi dengan rangsangan fantasi erotik.
Orgasmic dysfunction merupakan kegagalan mencapai orgasme dalam hampir setiap berhubungan. Gangguan ini merupakan yang paling sering terjadi dan mayoritas terjadi pada wanita. Wanita dengan anorgasme primer tidak pernah merasakan orgasme meskipun setelah perpanjangan rangsangan yang efektif. Wanita dengan anorgasme dapat dengan mudah terlubrikasi, tetapi akan terhenti pada fase plateau dari siklus respon seksual.

Terapi :
  • masturbasi dengan rangsangan fantasi erotik.
  • Fokus pada sensasi
  • Desensitisasi sistematik
  • Stimulasi klitoris
  • Antidepresan
  • EROS clitoral therapy device
Sexual Pain Disorder
1.Vaginismus
  • Kontraksi involunter menetap atau berulang pada otot perineum disekeliling 1/3 vagina bawah yang dipenetrasi oleh penis
  • Primer: pada wanita yang belum pernah berhubungan seksual
  • Sekunder: terjadi biasanya karena dyspareunia
Vaginismus adalah perasaan nyeri yang sangat yang merupakan refleks spasme involunter dari otot pubococcygeal (otot dasar panggul) yang terjadi karena antisipasi terhadap penetrasi penis (Lange, 2007). Paling sering terjadi pada wanita muda. Umumnya disebabkan masalah psikologis, terkait trauma fisik dan emosi dengan pasangan, atau trauma di masa lalu. Dilatator karet dapat berfungsi untuk mendilatasi vagina secara bertahap.

Terapi :
  • Bantu pasien lebih memahami anatomi dan seksualitas dirinya
  • Relaksasi saat penetrasi penis ke vagina
  • Senam Kegel
  • Dilatator karet
2.Dyspareuni
Dyspareuni adalah nyeri genital yang terjadi sebelum, selama atau setelah hubungan tanpa adanya vaginismus. Sering disebabkan oleh kelainan organic, misalnya penyempitan vagina karena atrofi dan jaringan parut, oleh peradangan vulva dan vagina dan oleh proses penyakit dalam panggul. Terkadang dyspareunia mempunyai dasar psikoseksual untuk melindungi suatu organ (organ-neurose). Penyebab tersering adalah lubrikasi yang tidak adekuat.

 Penyebab:
  • Vulvitis
  • Iritasi klitoris
  • Hipersensitifitas klitoris
  • Rigid hymenal ring
  • Jaringan parut perineum
  • Vaginitis
  • Psikologis
Terapi:
  • Estrogen (krem, oral)
  • Lubrikan vaginal
  • Edukasi Konseling psikologi Latihan ototdasar panggul
"MISC 2009, editor : safira v"

1 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More